JAMBI – Dalam rangka mengantisipasi potensi meningkatnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Provinsi Jambi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi bersama sejumlah pemangku kepentingan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dijadwalkan berlangsung selama 20 hari pada bulan Mei 2025.
Ketua Tim Data dan Informasi BMKG Jambi, Nabilatul Fikroh, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya preventif untuk menjaga kelembapan tanah dan mengurangi risiko kebakaran, khususnya di daerah dengan karakteristik lahan gambut yang sangat rentan terhadap api.
"Operasi ini merupakan tindak lanjut dari hasil pemantauan cuaca serta dinamika atmosfer di wilayah Jambi yang menunjukkan potensi risiko karhutla seiring dengan peralihan musim. Kegiatan akan dilaksanakan secara intensif dengan melibatkan berbagai stakeholder," ujar Nabila dalam keterangannya, Selasa (6/5/2025), di Posko Karhutla Bandara Lama Jambi.
Nabila menambahkan bahwa OMC akan difokuskan pada pembentukan dan percepatan pertumbuhan awan potensial agar dapat segera menghasilkan hujan di wilayah yang terindikasi mengalami kekeringan.
"Wilayah prioritas akan ditentukan berdasarkan pemantauan harian kondisi atmosfer. Lokasi sasaran akan menyesuaikan posisi awan matang yang dapat disemai untuk menghasilkan curah hujan," jelasnya.
Kegiatan OMC ini tidak bersifat statis, melainkan dinamis, mengikuti pergerakan awan potensial yang terpantau oleh tim pelaksana dari udara. Daerah seperti Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Batanghari, dan sekitarnya masuk dalam pengawasan intensif karena memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap karhutla.
Operasi Modifikasi Cuaca merupakan hasil sinergi antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU, serta instansi teknis lainnya. Koordinasi lintas sektor ini menjadi krusial dalam menyukseskan pelaksanaan OMC, terutama untuk menentukan zona operasi dan dukungan teknis di lapangan.
"Kami berkomitmen menjadikan operasi ini sebagai bagian dari strategi pencegahan jangka menengah, bukan hanya reaktif saat kebakaran terjadi. Dengan menjaga kelembapan tanah lebih awal, potensi penyebaran api dapat ditekan secara signifikan," tegas Nabila.
OMC menjadi salah satu bentuk antisipasi non-struktural yang terbukti efektif jika dilakukan secara tepat waktu dan sasaran. Langkah ini dilaksanakan sejalan dengan pendekatan early warning dan early action yang selama ini menjadi pedoman dalam mitigasi bencana hidrometeorologi di Indonesia.
Pihak BMKG berharap bahwa pelaksanaan OMC di Provinsi Jambi dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas lingkungan, kesehatan masyarakat, serta produktivitas sektor pertanian dan kehutanan yang selama ini terdampak langsung oleh bencana kabut asap akibat karhutla.(*)
Add new comment