JAMBI – Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jambi menyoroti buruknya pelayanan air bersih oleh Perumda Air Minum Tirta Mayang yang kian menuai keluhan. Meski belum ada laporan resmi, lonjakan aduan masyarakat lewat media massa dinilai cukup menjadi alarm keras.
“Masalah suplai air bersih di Kota Jambi ini bukan baru sekali dua kali. Kalau terus dibiarkan tanpa evaluasi manajemen, maka publik yang akan terus jadi korban,” kata Indra, Kepala Keasistenan Pemeriksaan dan Laporan Ombudsman Jambi, Jumat (18/4/2025).
Indra menilai alasan klasik pemadaman listrik dari PLN yang kerap dijadikan dalih Tirta Mayang sudah tak bisa ditoleransi. Menurutnya, hal ini mencerminkan kegagalan manajemen dalam membangun sistem mitigasi risiko yang tangguh.
“Masa perusahaan sebesar ini tidak punya sistem darurat yang siap saat listrik padam? Ini kelalaian struktural, bukan insidental,” tegasnya.
Ombudsman pun mengapresiasi Wali Kota Jambi Dr. Maulana yang sempat melakukan inspeksi mendadak (sidak), namun menegaskan bahwa sidak harus ditindaklanjuti dengan tindakan tegas, termasuk evaluasi menyeluruh terhadap direksi.
“Wali Kota harus berani mengambil sikap. Kalau memang terbukti direksi tak mampu mengatasi keluhan publik, maka sudah saatnya ada perombakan,” tegas Indra.
Sementara itu, Direktur Utama Tirta Mayang Dwike Riantara mengakui bahwa gangguan pasokan air berdampak pada sekitar 10.000 pelanggan, dari total 105.400 sambungan. Ia menyebut saat ini perusahaan tengah memesan genset besar sebagai solusi darurat, namun realisasi pengoperasiannya masih butuh waktu tiga bulan ke depan.
Namun, bagi Ombudsman, solusi tambal-sulam semacam itu tak cukup.
“Ini soal hak dasar warga negara. Air bersih itu bukan kemewahan. Kami akan terus pantau apakah janji-janji itu benar dijalankan,” tegas Indra.(*)
Add new comment