Bungo – Libur panjang Isra Mikraj dan Imlek membawa angin segar bagi petani karet di Kabupaten Bungo, Jambi. Harga karet yang sebelumnya cenderung stabil, kini mengalami kenaikan signifikan, memberikan harapan baru bagi mereka yang bergantung pada komoditas ini.
Taufik (35), seorang petani karet asal Bungo, mengungkapkan kebahagiaannya. Harga karet yang mencapai Rp15.000 per kilogram menjadi berkah di tengah ketidakpastian ekonomi. "Alhamdulillah, harga naik Rp500 dari sebelumnya. Ini jelas membantu kami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya, Minggu (26/1).
Heri, ketua kelompok lelang karet di Kecamatan Jujuhan, membenarkan adanya kenaikan harga di pasar lelang. "Harga karet olahan petani kini mencapai Rp15.000 per kilogram, naik dari sebelumnya yang hanya Rp14.500," kata Heri.
Namun, Heri mencatat bahwa musim hujan berdampak pada produksi karet. Jika sebelumnya petani mampu memanen hingga 30 ton, kini jumlahnya hanya berkisar 16 ton. "Hujan mempersulit produksi, tapi kenaikan harga ini tetap menjadi kabar baik bagi petani," tambahnya.
Kenaikan harga karet menjadi momen yang dinantikan oleh petani, mengingat komoditas ini adalah sumber penghasilan utama sebagian besar masyarakat di Bungo. Selain karet, mereka juga menanam kopi sebagai pendapatan tahunan.
“Kami berharap harga tetap stabil karena hanya dari getah karet inilah kami bergantung untuk menghidupi keluarga,” ujar Taufik.
Meski jumlah produksi menurun, para petani tetap optimistis. Mereka berharap pemerintah dan pihak terkait terus memperhatikan kestabilan harga komoditas ini. Kenaikan harga karet di Kabupaten Bungo menjadi momen penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani yang telah lama berjibaku dengan fluktuasi harga dan tantangan cuaca.
Dengan harga yang terus stabil, para petani berharap masa depan yang lebih cerah untuk sektor pertanian, khususnya komoditas karet, dapat terwujud di Kabupaten Bungo.(*)
Add new comment