Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin di Ambang Kehancuran

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
Ilustrasi JambiSATU.id

Tersembunyi di balik keindahan alamnya, Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Thaha Syaifuddin kini tengah menghadapi ancaman serius. Aktivitas pengeboran minyak ilegal, atau yang dikenal sebagai illegal drilling, telah merambah kawasan konservasi yang seharusnya terlindungi ini. Operasi haram tersebut tidak hanya terjadi di lahan milik warga, tetapi juga di jantung Tahura yang tersebar di tiga desa.

Zamzami, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Batanghari, mengungkapkan bahwa aktivitas pengeboran liar tersebut telah merambah ke Desa Pompa Air dan Desa Bungku di Kecamatan Bajubang.

"Dan berlanjut hingga kawasan Tahura yang berlokasi di Desa Jebak, Kecamatan Muara Tembesi," kata Zamzami dalam wawancaranya dengan jambitv.co pada Rabu, 26 Juni 2024.

Tanaman dan tumbuhan di kawasan Tahura mengalami kerusakan yang signifikan akibat pengeboran minyak secara ilegal. Meskipun pendataan luas lahan yang dirusak masih dalam proses, dampaknya sudah terlihat jelas. Lubang-lubang pengeboran dan tumpahan minyak mencemari tanah dan air, mengancam ekosistem yang ada.

Menyusuri jalan setapak di Desa Jebak, aroma minyak mentah yang menyengat menusuk hidung. Pohon-pohon tumbang dan tanah yang berlubang menjadi pemandangan biasa. Dalam keheningan hutan, suara mesin pengeboran yang beroperasi secara sembunyi-sembunyi terdengar jelas, menggambarkan betapa parahnya perusakan yang terjadi.

Tidak hanya flora yang terancam, fauna yang menghuni Tahura juga terganggu. Aktivitas pengeboran dan tumpahan minyak mengganggu habitat mereka, memaksa hewan-hewan tersebut mencari tempat berlindung yang aman, jauh dari area yang tercemar.

Zamzami menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pendataan lebih lanjut untuk mengetahui seberapa luas kerusakan yang telah terjadi.

"Kami akan melakukan upaya maksimal untuk menghentikan aktivitas ini dan memulihkan kembali kawasan yang telah dirusak," ujarnya dengan nada serius.

Pemerintah daerah dan pihak berwenang perlu mengambil langkah tegas untuk menghentikan illegal drilling ini. Kolaborasi antara dinas lingkungan hidup, polisi kehutanan, dan masyarakat setempat menjadi kunci untuk menjaga kelestarian Tahura Sultan Thaha Syaifuddin.

Masyarakat di Desa Jebak dan sekitarnya merasa khawatir dengan kondisi ini.

"Hutan ini adalah bagian dari kehidupan kami. Kami berharap pemerintah bisa segera menindak tegas pelaku illegal drilling yang merusak alam ini," ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.

Di sisi lain, edukasi dan penyadaran kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bahaya illegal drilling perlu ditingkatkan. Tanpa dukungan dan kesadaran penuh dari masyarakat, upaya pelestarian Tahura akan sulit terlaksana.

Meski situasi saat ini tampak suram, harapan tetap ada. Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak dan langkah-langkah konkret yang diambil, Tahura Sultan Thaha Syaifuddin masih bisa diselamatkan dari kehancuran lebih lanjut. Perlindungan dan pelestarian hutan ini bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk anak cucu kita di masa mendatang.

Kisah tragis di balik keindahan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin menggambarkan betapa rapuhnya alam jika tidak dijaga dengan baik. Perjuangan untuk melawan illegal drilling ini adalah panggilan untuk semua pihak agar bersatu dalam menjaga warisan alam yang tak ternilai ini. Semoga dengan langkah-langkah tegas dan kesadaran yang tinggi, keindahan dan kekayaan Tahura dapat kembali terjaga.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network