IMKS Terseret dalam Pusaran Politik Pilkada Kerinci: Ada Apa di Balik Kehadiran Tunggal Ezi Kurniawan?

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
IST

Pada malam yang seharusnya menjadi panggung untuk merayakan kekayaan budaya Kerinci-Sungai Penuh, acara Semalam Ranah Kincai yang digelar oleh Ikatan Mahasiswa Kerinci Sungai Penuh (IMKS) di Taman Budaya Jambi pada 11 September, justru menjadi sorotan kontroversial. Ribuan mahasiswa berkumpul dengan semangat kebersamaan, namun kehadiran tunggal Ezi Kurniawan, calon Wakil Bupati Kerinci, sebagai tamu kehormatan dan donatur acara, memunculkan pertanyaan dan spekulasi yang tak terelakkan: Mengapa hanya Ezi yang diundang? Apa motif sebenarnya di balik kehadiran ini?

Pertanyaan sederhana ini dengan cepat berkembang menjadi isu yang lebih besar. Jika acara ini murni kebudayaan, mengapa hanya satu kandidat yang hadir? Apakah ini sinyal bahwa IMKS, yang selama ini dikenal independen, mulai terseret dalam arus politik Pilkada Kerinci?

Ketua Umum IMKS, Pebri Azmi Pandya, berusaha meredakan ketegangan dengan menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya tetap netral. "IMKS berdiri di atas independensi. Kami tidak mendukung kandidat mana pun dalam Pilkada Kerinci 2024," ujarnya. Namun, pernyataan tersebut bukannya menghilangkan kecurigaan, justru semakin memanaskan spekulasi. Apakah IMKS benar-benar tak terlibat politik, atau ini hanya upaya untuk menutupi kenyataan yang lebih dalam?

Situasi semakin rumit ketika akun Instagram Kilas Politik Kerinci merepost sebuah story dari akun @hey.boyzzzz_, menampilkan foto acara IMKS dengan caption yang terang-terangan mendukung pasangan HTK-EZI dalam Pilkada Kerinci 2024. "Alhamdulillah," ujar Ezi Kurniawan singkat melalui pesan WhatsApp kepada tim JambiSatu.Id, seolah memberikan konfirmasi tidak langsung atas dukungan tersebut.

Unggahan ini dengan cepat menyebar dan menciptakan gelombang kecurigaan baru. Apakah kehadiran Ezi benar-benar hanya sebatas donatur, atau ada agenda politik tersembunyi yang sedang dimainkan?

Dalam upayanya untuk meredam spekulasi, Ezi Kurniawan menegaskan bahwa kehadirannya di acara tersebut murni sebagai bentuk penghargaan terhadap penyelenggara. "Saya hadir sebagai salah satu donatur dalam acara ini. Saya diminta untuk hadir, dan karena menghargai itikad baik dari penyelenggara, saya sempatkan diri datang. Selaku tokoh milenial, mungkin kehadiran saya mendapat antusiasme dari rekan-rekan mahasiswa," jelas Ezi dengan nada yang netral. Namun, apakah jawaban ini cukup untuk meredakan kecurigaan yang sudah terlanjur membara?

Publik kini mulai mempertanyakan alasan di balik kehadiran tunggal Ezi. Jika acara ini benar-benar netral, mengapa tidak mengundang semua calon Bupati dan Wakil Bupati Kerinci lainnya? Pertanyaan ini membuka lebih banyak spekulasi daripada jawaban. Apakah IMKS, yang selama ini menjaga jarak dari politik, kini mulai terjebak dalam permainan politik Pilkada? Ataukah kehadiran Ezi hanya kebetulan yang dipersepsikan secara salah?

Sebagai organisasi mahasiswa yang selama ini dikenal menjaga jarak dari politik, IMKS kini berada di persimpangan jalan. Apakah mereka akan mampu mempertahankan independensinya, atau tanpa disadari sudah terjerumus dalam arus politik yang lebih besar? Bagaimana hubungan IMKS dengan Ezi Kurniawan di masa depan? Apakah mereka akan tetap menjalin silaturahmi, atau justru memilih untuk menjaga jarak agar terhindar dari kontroversi yang lebih dalam?

Bagi Ezi Kurniawan, momen ini menjadi ujian yang bisa berbalik arah. Di satu sisi, kehadirannya bisa meningkatkan citranya di kalangan milenial dan mahasiswa. Namun, di sisi lain, ia harus menghadapi tuduhan bahwa kehadirannya adalah bagian dari strategi politik terselubung, terutama karena ia adalah satu-satunya kandidat yang hadir di acara tersebut. Apakah Ezi akan terus menjaga hubungan dengan IMKS, ataukah akan mengambil langkah hati-hati agar tidak dicap memanfaatkan acara ini sebagai panggung politik?

Di tengah gemuruh di dunia maya, meski pernyataan sudah dikeluarkan oleh IMKS dan Ezi, spekulasi terus bergulir. Mahasiswa yang awalnya bersatu dalam semangat kebudayaan kini mulai terbelah oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Apakah IMKS mampu bertahan di jalur independensinya? Atau, seiring waktu, mereka akan semakin terjebak dalam pusaran politik yang semakin deras?

Dinamika politik di Kerinci kini telah memasuki babak baru, di mana batas antara budaya dan politik semakin kabur. Kehadiran politik dalam acara budaya yang seharusnya netral ini menjadi sinyal bahwa Pilkada Kerinci 2024 tidak hanya akan berlangsung di panggung politik formal, tapi juga merembet ke ruang-ruang yang sebelumnya dianggap bebas dari kepentingan politik. Dan pertanyaan terbesar yang tersisa adalah, apa langkah IMKS dan Ezi Kurniawan selanjutnya dalam menghadapi badai kontroversi ini?

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network