Jakarta – Setiap perempuan mungkin pernah mengalaminya: wajah tiba-tiba dipenuhi jerawat menjelang menstruasi, saat hamil, atau ketika tubuh sedang berada dalam fase tertentu. Fenomena ini dikenal sebagai jerawat hormonal, dan penyebabnya ternyata bukan hanya soal hormon, tapi juga erat kaitannya dengan gaya hidup dan pola makan sehari-hari.
Dalam tubuh, hormon seperti androgen, progesteron, dan insulin memiliki peran penting. Namun, saat kadarnya melonjak, kelenjar minyak di kulit bekerja lebih aktif, memproduksi sebum berlebih. Jika sebum ini bercampur dengan sel kulit mati dan bakteri, pori-pori akan tersumbat, memicu peradangan, dan muncullah jerawat.
Kondisi ini kerap dialami perempuan yang sedang menstruasi, hamil, menopause, atau memiliki masalah kesehatan seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome).
Banyak yang tidak menyadari, makanan yang dikonsumsi sehari-hari bisa menjadi “bensin” bagi jerawat hormonal.
- Indeks Glikemik Tinggi – Roti putih, donat, kentang goreng, minuman soda, hingga jus kemasan manis membuat kadar gula darah melonjak. Lonjakan ini memicu insulin, yang secara tidak langsung merangsang produksi sebum.
- Lemak Jenuh & Lemak Trans – Gorengan dan makanan olahan kaya omega-6 dapat memicu peradangan. Tanpa keseimbangan omega-3, kulit lebih rentan mengalami breakout.
- Makanan Olahan – Fast food, keripik kemasan, hingga es krim, bukan hanya tinggi kalori tetapi juga membawa kombinasi karbohidrat olahan, lemak jenuh, dan aditif yang memicu masalah kulit.
Jerawat hormonal memang tidak bisa sepenuhnya dicegah, namun bisa dikendalikan. Caranya adalah mengatur pola makan, menjaga keseimbangan nutrisi, dan mengelola stres. Mengonsumsi makanan kaya omega-3 seperti ikan, biji chia, dan kacang kenari bisa membantu meredakan peradangan.
Konsultasi dengan dokter juga penting, terutama jika jerawat berlangsung lama atau parah, karena bisa jadi ada faktor kesehatan lain yang memengaruhinya.
Jerawat hormonal bukan sekadar masalah penampilan. Ia adalah sinyal tubuh tentang kondisi kesehatan yang lebih dalam. Memahami pemicunya adalah langkah awal untuk memperbaiki, bukan hanya kulit, tetapi juga keseimbangan tubuh secara keseluruhan.(*)
Add new comment