Jakarta – Langit malam Indonesia akan kembali memamerkan pesona Bulan purnama, kali ini dengan julukan unik: Sturgeon Moon. Fenomena ini akan mencapai puncaknya pada Sabtu, 9 Agustus 2025, namun keindahannya sudah dapat dinikmati sejak malam sebelumnya.
Bulan purnama terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi mendapatkan cahaya penuh dari Matahari. Secara astronomis, purnama Agustus ini istimewa karena lekat dengan sejarah, budaya, dan siklus alam.
Julukan Sturgeon Moon berasal dari tradisi masyarakat asli Amerika Utara. Pada bulan Agustus, populasi ikan sturgeon – sejenis ikan purba penghuni danau besar seperti Great Lakes – memuncak dan mudah ditangkap. Bagi komunitas nelayan lokal, momen ini sangat penting sebagai sumber pangan dan penopang kehidupan.
Selain Sturgeon Moon, purnama Agustus juga memiliki berbagai nama lain:
- Grain Moon (Bulan Gandum) – merujuk pada musim panen gandum.
- Green Corn Moon (Bulan Jagung Muda) – menandai masa jagung siap dipanen.
- Thunder Moon (Bulan Petir) – menggambarkan musim badai di wilayah Amerika Utara.
- Lynx Moon (Bulan Lynx) – terkait simbol hewan dalam budaya setempat.
Meski namanya berbeda-beda, secara visual purnama ini tidak memiliki perbedaan signifikan dari purnama lain dalam setahun. Namun, penamaannya menjadi pengingat siklus musim yang berpengaruh pada kehidupan manusia.
Di Indonesia, Sturgeon Moon akan mulai terlihat di ufuk timur sekitar pukul 17.30–18.30 WIB pada 9 Agustus, tergantung lokasi. Pemandangan terbaik didapat saat Bulan baru muncul di cakrawala, terutama dari tempat terbuka seperti pantai atau dataran tinggi yang menghadap ke timur.
Fenomena ini akan berlangsung hingga terbenamnya Bulan di barat daya pada pagi hari, 10 Agustus 2025. Menurut astronom, Bulan akan berada di rasi Aquarius dan posisinya yang tidak terlalu tinggi memungkinkan terjadinya ilusi Bulan – efek optik yang membuat Bulan terlihat lebih besar saat dekat cakrawala.
Tips Melihat Sturgeon Moon
- Cari lokasi bebas polusi cahaya: Gunakan area terbuka jauh dari lampu kota.
- Gunakan teropong atau teleskop kecil: Untuk melihat detail kawah dan permukaan Bulan.
- Perhatikan warna: Pada musim panas di belahan bumi utara, Bulan bisa tampak kemerahan karena kabut atmosfer – efek ini mungkin juga terlihat di Indonesia tergantung kondisi cuaca.
- Siapkan kamera: Fenomena ini indah diabadikan, terutama saat Bulan berada rendah di cakrawala.
Bagi yang khawatir terlewat, jangan khawatir. Jika cuaca cerah, Bulan akan tampak penuh dan terang selama dua malam berturut-turut: 8 dan 9 Agustus. Meski momen puncaknya pada 9 Agustus, mata Anda tetap bisa menikmati purnama yang sama memesonanya sehari sebelum dan sesudahnya.(*)
Add new comment