Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara resmi melarang penggunaan asbes sebagai bahan bangunan, terutama atap rumah. Alasannya? Asbes terbukti berbahaya dan memicu kanker paru-paru.
Namun, di Indonesia, bahan ini masih bebas dijual dan digunakan, bahkan jadi pilihan utama warga karena murah.
"WHO menyatakan asbes termasuk bahan karsinogenik. Artinya, bisa menyebabkan kanker," tulis laporan WHO yang dirilis ke berbagai negara sejak beberapa tahun terakhir.
Hingga kini, 67 negara sudah melarang total penggunaan semua jenis asbes, termasuk jenis yang paling umum dipakai di Indonesia: chrysotile (asbes putih). Negara-negara tersebut antara lain: Uni Eropa, Jepang, Kanada, Australia, dan sebagian besar negara maju.
Sayangnya, Indonesia belum mengikuti jejak tersebut. Impor asbes malah terus berjalan.
Bahkan menurut data INABAN, Indonesia adalah negara konsumen asbes terbesar ke-2 di dunia, menyumbang 17% perdagangan global. Setidaknya 100 ribu ton asbes masuk Indonesia setiap tahun, bebas bea masuk.
Bukan cuma menyebabkan kanker, serat halus dari asbes bisa terhirup dan menempel di paru-paru. Gejala baru muncul 10–30 tahun setelah paparan.
Penyakit yang mengintai:
- Asbestosis: Kerusakan jaringan paru-paru yang parah dan kronis.
- Kanker paru-paru & Mesothelioma: Mematikan, tidak bisa disembuhkan.
- Efek fatal muncul meski hanya dari serat kecil asbes yang terhirup.
Menurut laporan INABAN dan BPS, hampir 1 dari 10 rumah di Indonesia masih pakai atap asbes. Alasan utamanya karena harga yang murah dan mudah didapat. Tapi risikonya seumur hidup.
"Sekali terpapar, efeknya bisa muncul puluhan tahun kemudian," ujar peneliti INABAN.
Padahal, WHO sudah merekomendasikan larangan penuh semua jenis asbes, termasuk chrysotile yang masih dianggap ‘aman’ oleh sebagian pelaku industri.
Di Indonesia, baru asbes biru (crocidolite) yang dilarang. Sementara asbes putih (chrysotile) masih boleh digunakan dengan catatan diawasi. Namun faktanya, pengawasan nyaris tidak berjalan.
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup menyadari bahayanya. Tapi belum ada regulasi jelas yang melarang total penggunaan asbes.
Sementara itu, jutaan warga masih memasang asbes di atap rumah, sekolah, hingga fasilitas umum.(*)
Add new comment