JAKARTA – Satu per satu nama besar dipanggil Kejaksaan Agung. Dari bos teknologi, petinggi startup unicorn, hingga eks menteri. Semua dalam upaya menyingkap benang merah di balik proyek pengadaan laptop Chromebook senilai Rp 9,9 triliun.
Yang terbaru, mantan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim kembali dimintai keterangan. Statusnya bukan hanya sebagai mantan Mendikbudristek, tapi juga sebagai pendiri Gojek — perusahaan yang disebut-sebut memiliki relasi tidak langsung dengan proyek digitalisasi pendidikan tersebut.
Tak hanya Nadiem, penyidik Kejagung juga telah memeriksa Andre Soelistyo (eks CEO GoTo), dan Melissa Siska Juminto, salah satu pemegang saham utama GoTo. Keduanya memiliki posisi strategis di Gojek maupun entitas teknologi lainnya.
Penyelidikan makin menarik saat penyidik Kejagung mulai menggali kemungkinan hubungan antara investasi Google di Gojek dan proyek pengadaan Chromebook oleh Kemendikbudristek.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, tak membantah kemungkinan adanya keterkaitan. Bahkan, menurutnya, pihak Google sendiri sudah diperiksa oleh tim penyidik.
“Apakah investasi itu betul, lalu apakah itu memengaruhi terhadap pengadaan Chromebook? Itu semua yang sedang didalami oleh penyidik,” tegas Harli kepada wartawan, Senin (15/7/2025).
Sekadar catatan, pada tahun 2018, Alphabet Inc. (induk perusahaan Google) diketahui menjadi investor besar Gojek, bersama Temasek Holdings, Warburg Pincus, dan Meituan-Dianping. Dana investasi yang digelontorkan saat itu mencapai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 16 triliun.
Nadiem kala itu menyatakan bahwa Google akan membantu Gojek dalam aspek pengembangan data dan engineering. Kolaborasi itu disebut “strategis”, khususnya untuk ekosistem digital Indonesia.
Namun kini, dalam konteks pengadaan Chromebook yang diadakan Kemendikbud saat Nadiem menjabat sebagai menteri, muncul pertanyaan lanjutan: Apakah ada koneksi yang melampaui sekadar kebetulan?
Pengadaan Chromebook senilai hampir Rp 10 triliun itu dimaksudkan untuk mempercepat digitalisasi sekolah. Tapi di balik niat baik tersebut, muncul dugaan:
- Apakah pengadaan dilakukan sesuai prinsip efisiensi dan keadilan?
- Siapa pemain besar yang terlibat?
- Mengapa Gojek dan GoTo ditarik masuk ke dalam penyelidikan?
Menurut Harli, “Karena ada keterkaitan dalam struktur, fungsi, dan peran beberapa pihak, maka pemanggilan mereka adalah hal yang logis.”
Hingga hari ini, Kejagung belum menyampaikan status hukum dari para petinggi yang diperiksa. Pemeriksaan disebut masih dalam tahap pendalaman, termasuk untuk menelusuri jalur distribusi keputusan dan potensi konflik kepentingan.
“Kalau nanti ditemukan benang merahnya, atau ada aliran pengaruh tertentu dalam proyek ini, pasti akan disampaikan ke publik,” tambah Harli.
Masyarakat kini menanti kejelasan. Apalagi, Chromebook sudah terlanjur didistribusikan ke sekolah-sekolah. Tapi jika terbukti bahwa proyek ini sarat kepentingan dan menjadi proyek digitalisasi bertopeng korporasi, maka ini bisa jadi salah satu skandal teknologi terbesar di Indonesia.(*)
Add new comment