Balai Wilayah Sungai Sumatera VI (BWSS VI) sedang gencar-gencarnya membangun dan merehab saluran irigasi. Setelah menggelontorkan proyek jumbo Rp 57 miliar untuk pembangunan irigasi Batang Asai di Cermin Nan Gedang, Sarolangun, BWSS VI kembali menggelontorkan anggaran besar pada 2025 ini.
Kali ini, proyek senilai Rp 13 miliar digelontorkan untuk Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Siulak Deras di Kabupaten Kerinci.
Proyek yang bersumber dari APBN 2025 ini berada dalam kendali BWSS VI SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VI Provinsi Jambi, di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.
Proyek rehabilitasi irigasi ini direncanakan berlangsung selama 240 hari kalender, terhitung sejak keluarnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Lokasi proyek mencakup wilayah-wilayah strategis sektor pertanian di Gunung Kerinci, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati Tujuh, Sungai Penuh, Hamparan Rawang, dan Pesisir Bukit.
Pusat bangunan utama bendung irigasi berada di Desa Lubuk Nagodang, sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Sungai Penuh, dengan koordinat 20°24’41,42” S & 102°32’55,48” T.

Ruang lingkup pekerjaan proyek ini cukup kompleks dan melibatkan beberapa elemen konstruksi penting, antara lain:
- Pekerjaan Persiapan
- Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMKK)
- Pembangunan Dinding Penahan Tanah
- Pembangunan Saluran Irigasi
- Pembangunan Bangunan Peredam
Tujuan utama proyek ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas jaringan irigasi yang sudah ada, mengingat pentingnya sistem pengairan bagi produktivitas pertanian di dataran tinggi Kerinci.
Saat ini proyek fisik senilai Rp 13 miliar masih dalam proses tender terbuka melalui LPSE. Sementara itu, BWSS VI juga tengah melaksanakan proses lelang untuk konsultan supervisi proyek tersebut, dengan nilai anggaran sebesar Rp 1 miliar.
Tender supervisi ini bertujuan mengawal mutu dan pelaksanaan proyek secara teknis, memastikan bahwa setiap tahapan pembangunan sesuai dengan dokumen kontrak dan standar Kementerian PUPR.
Berbeda dengan proyek irigasi Batang Asai yang sempat menuai kritik karena lokasinya dinilai tak berdampak langsung pada kawasan persawahan produktif, proyek D.I. Siulak Deras dinilai lebih strategis karena menyasar wilayah pertanian aktif di Kerinci dan Sungai Penuh.
Namun begitu, masyarakat dan kelompok tani tetap berharap agar proyek ini tidak hanya berhenti di betonisasi, melainkan juga disertai program pendampingan pertanian dan sistem pemeliharaan jangka panjang yang berkelanjutan.
“Jangan sampai irigasinya dibangun, tapi salurannya tidak terurus, atau petaninya tidak dilibatkan,” ujar seorang petani di kawasan Air Hangat Timur saat dimintai tanggapan.(*)
Add new comment