JAWA TENGAH – Suasana khusyuk menyambut Idulfitri 1446 H mendadak berubah menjadi kepanikan dan duka mendalam di Alun-Alun Pemalang, Senin pagi (31/3/2025). Sebuah pohon beringin besar tumbang secara tiba-tiba dan menimpa jemaah Masjid Agung Pemalang yang tengah bersiap menunaikan salat Id.
Dalam insiden memilukan tersebut, dua orang jemaah dilaporkan meninggal dunia, satu dalam kondisi kritis, dan 15 lainnya mengalami luka-luka. Kepala BPBD Pemalang Andri Adi membenarkan kejadian itu dan mengonfirmasi identitas korban tewas berinisial R (42) dan AR (39), warga Kelurahan Pelutan, Pemalang.
"Dua orang jemaah meninggal dunia setelah tertimpa pohon, satu kritis, dan belasan lainnya luka-luka saat akan melaksanakan salat Id," kata Andri kepada awak media.
Pohon beringin besar yang tumbang itu diketahui sudah berumur puluhan tahun. Saat kejadian, ribuan jemaah memadati area salat di sekitar alun-alun. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun dua di antaranya meninggal dunia setelah upaya medis dilakukan. Korban luka lainnya masih mendapatkan perawatan intensif di beberapa rumah sakit di Pemalang.
Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD, PMI, dan relawan langsung bergerak cepat membersihkan puing dan batang pohon yang menjulang puluhan meter itu. Proses evakuasi berlangsung dramatis karena sebagian korban sempat terjebak di bawah cabang pohon yang berat.

Evaluasi Tata Kelola dan Keselamatan Ruang Publik
Peristiwa ini membuka luka lama dan sekaligus pertanyaan besar mengenai keselamatan ruang-ruang publik di Indonesia. Banyak pohon tua di alun-alun, taman kota, dan kawasan publik lain yang dibiarkan tanpa pemeliharaan atau pemangkasan rutin. Padahal, di momen seperti salat Id, ribuan orang berkumpul dalam waktu bersamaan.
Anggota DPRD Pemalang dari Fraksi PDI Perjuangan, Nuryani, menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak Pemkab Pemalang segera melakukan langkah-langkah konkret.
“Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Pemerintah harus segera memberikan bantuan. Tapi yang lebih penting, segera evaluasi semua pohon tua di area publik. Ini soal keselamatan warga,” tegasnya.
Pohon rindang yang selama ini dianggap sebagai penghias kota dan peneduh, bisa berubah menjadi ancaman mematikan jika tidak dirawat. Tragedi di Alun-Alun Pemalang bukan pertama kalinya pohon tumbang menimbulkan korban. Tapi insiden ini terjadi dalam momentum sakral: hari kemenangan umat Islam, saat warga berkumpul dengan hati damai.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat penting bahwa infrastruktur ruang terbuka tak hanya soal estetika, tapi juga keselamatan jiwa. Pemda, dinas terkait, dan pengelola ruang publik harus segera menyusun ulang peta risiko dan perawatan vegetasi kota.
Beringin yang kokoh kini tumbang. Dua nyawa melayang di pagi Idulfitri yang seharusnya penuh kebahagiaan. Dan di tengah linangan air mata, satu pesan menggema: jangan abaikan yang terlihat diam tapi menyimpan bahaya.
Alun-alun bukan hanya tempat rekreasi dan perayaan—ia adalah ruang tanggung jawab. Semoga duka ini menjadi pelajaran bagi seluruh kota di Indonesia agar tak lagi lalai dalam menjaga warganya, bahkan dari pohon yang tampak tak mengancam.(*)
Add new comment