Kota Jambi - Insiden tragis yang menimpa Riska Apriyani (20), warga RT 08 Kelurahan Suka Karya, menjadi tamparan keras bagi Kota Jambi. Ia kehilangan nyawanya akibat tersengat listrik dari kabel yang terjuntai di Simpang Empat Lampu Merah Beringin pada Sabtu (23/11/2024). Tragedi ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan cerminan kelalaian sistemik tata kelola infrastruktur yang mengancam nyawa masyarakat setiap harinya.
Riska melintas seperti biasa di lokasi kejadian ketika kabel listrik yang rendah menjuntai mengenai tubuhnya. Sengatan listrik seketika merenggut nyawanya. Warga sekitar hanya bisa pasrah melihat nyawa perempuan muda itu melayang akibat kelalaian yang sebenarnya bisa dicegah.
“Kabel-kabel semrawut ini sudah lama jadi keluhan kami. Tapi sampai ada korban, tidak ada yang benar-benar peduli,” ujar seorang saksi mata, yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi tragedi ini, Kepala Keasistenan Pemeriksaan Laporan Ombudsman RI Perwakilan Jambi, Indra, melontarkan kritik tajam kepada pemerintah dan pihak terkait. Menurutnya, ini adalah buah dari kelalaian yang sudah berulang kali diperingatkan namun diabaikan.
"Ombudsman turut berbelasungkawa, tapi rasa belasungkawa saja tidak cukup. Ini adalah bukti kelalaian sistemik yang tidak boleh dibiarkan. Kami meminta pihak berwajib segera mengusut tuntas dan memastikan tidak ada korban berikutnya," ujar Indra.
Indra menegaskan bahwa perapian kabel di Kota Jambi bukan lagi sekadar masalah estetika, melainkan persoalan nyawa. "Kami sudah sering mengingatkan bahwa kabel-kabel semrawut di Kota Jambi ini berpotensi membunuh. Dan sekarang, bukti nyata itu ada. Sayangnya, ini adalah nyawa manusia," tambahnya dengan nada geram.
Kabel semrawut bukan isu baru di Kota Jambi. Dari pusat kota hingga pelosok, kabel yang menjuntai rendah menjadi pemandangan yang akrab. Warga telah berkali-kali mengeluhkan bahaya ini, namun pemerintah daerah dan instansi terkait seolah menutup mata.
“Ini bukan kali pertama kabel semrawut memakan korban. Berapa banyak lagi yang harus meninggal sebelum pemerintah bertindak?” ujar Rahmat, warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.
Tragedi ini menjadi puncak dari serangkaian kegagalan pemerintah daerah dalam memastikan infrastruktur yang aman bagi masyarakat. Publik kini mempertanyakan komitmen Pemkot Jambi, PLN, dan perusahaan telekomunikasi dalam melindungi keselamatan warga.
Indra menegaskan bahwa koordinasi antara Pemkot Jambi, PLN, dan perusahaan telekomunikasi harus segera dilakukan tanpa penundaan. “Setiap hari penundaan adalah risiko bagi nyawa manusia. Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama,” katanya.
Ia juga meminta tindakan konkret berupa audit besar-besaran terhadap seluruh kabel listrik dan telekomunikasi di Kota Jambi. “Pemerintah harus menunjukkan keseriusan. Jika tidak, tragedi seperti ini akan terus terjadi,” imbuhnya.
Tragedi ini memicu gelombang kemarahan di masyarakat. Banyak yang menganggap insiden ini sebagai puncak dari pengabaian yang tidak bisa dimaafkan. Kritik tajam pun mengarah pada pemerintah daerah dan instansi terkait yang dinilai gagal menjalankan tugasnya.
"Kami muak dengan janji-janji kosong. Nyawa melayang, dan mereka baru sibuk bicara," kata Rini, seorang mahasiswa yang ikut mengomentari tragedi ini di media sosial.
Warga kini menuntut langkah cepat dan nyata, bukan sekadar pernyataan simpati. Pemasangan kabel yang lebih aman, penertiban kabel semrawut, hingga sanksi tegas terhadap pihak yang lalai menjadi tuntutan utama publik.(*)
Add new comment