Petir di Bakung: Tragisnya Nasib Herawati di Bawah Langit Mendung

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Kriminal
Ilustrasi Jambi Satu

Langit di Desa Bakung, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, terlihat gelap dan mendung pada sore hari, Minggu, 30 September. Hujan mulai turun perlahan, dan Herawati, seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun, bersama tiga temannya baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka di sawah. Mereka berempat telah bekerja keras membersihkan lahan di tengah cuaca yang tak menentu, berharap menyelesaikan tugas sebelum hujan deras turun.

Ketika hujan semakin lebat, Herawati dan teman-temannya bergegas mencari tempat berlindung. Sebuah pondok kayu sederhana yang terletak di tepi sawah menjadi tempat berteduh mereka. Herawati duduk bersandar di tiang kayu, sementara ketiga temannya duduk berdekatan, berharap hujan segera reda. Suara gemuruh petir terdengar di kejauhan, membuat suasana semakin mencekam. Namun, mereka tidak menyangka, bahwa dalam sekejap, alam akan mengubah nasib salah satu dari mereka.

"Tiba-tiba terdengar letusan keras, dan kilat petir menyambar dengan cepat," kenang salah seorang teman Herawati. Petir itu langsung menghantam tiang kayu yang menjadi sandaran Herawati, mematahkan tiang tersebut dan membuat tubuhnya terlempar ke tanah. Seketika, suasana menjadi panik. Herawati terbaring dengan luka bakar di punggungnya, kulitnya mengelupas, menandakan sengatan petir yang dahsyat telah menyambar tubuhnya.

Seketika, teman-temannya bergegas memberikan pertolongan. Mereka membawa Herawati ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi, berharap masih ada waktu untuk menyelamatkan nyawanya. Namun, nasib berkata lain. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Herawati sudah menunjukkan tanda-tanda kritis. Meskipun tim medis berusaha sekuat tenaga, Herawati dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah tiba di rumah sakit.

IPDA Teguh Santiko, Kanit Reskrim Polsek Maro Sebo, mengonfirmasi tragedi tersebut kepada media. "Iya benar. Kejadiannya kemarin, di sebuah pondok sawah yang berada di Desa Bakung," ujar IPDA Teguh. Menurut Teguh, Herawati dan ketiga temannya sedang berteduh ketika petir menghantam tiang kayu yang bersandar pada tubuh Herawati. Dalam hitungan detik, nyawanya terenggut oleh kekuatan alam yang tak terkendali.

Keluarga Herawati, meski terpukul oleh kejadian tersebut, menerima nasib yang menimpa istri dan ibu dari keluarga mereka dengan ikhlas. Mereka menolak untuk dilakukan autopsi, menyadari bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari takdir. Herawati kini telah tiada, namun kenangan tentangnya akan tetap hidup di hati mereka yang mengenalnya.

Di Desa Bakung, penduduk kini lebih berhati-hati saat cuaca mulai berubah. Tragedi yang menimpa Herawati menjadi pengingat bahwa alam, meskipun indah, juga memiliki kekuatan yang tidak terduga. Herawati mungkin telah pergi, tetapi ceritanya, tentang seorang ibu yang bekerja keras di bawah langit mendung dan kehilangan nyawanya karena petir, akan selalu menjadi bagian dari sejarah kecil di desa itu.

Dan untuk teman-temannya yang berada di sana saat kejadian, hari itu akan selalu dikenang sebagai hari di mana mereka kehilangan sosok yang penuh semangat dan kebaikan, yang disambar oleh petir di tengah derasnya hujan.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network