Di tengah semarak perayaan kelulusan mahasiswa Universitas Jambi (UNJA), dua nama mencuat menjadi inspirasi. Bejujung dan Besiar, dua mahasiswa Program Studi D3 Agrobisnis asal Suku Anak Dalam (SAD), telah menyelesaikan studi mereka pada 5 Juli 2024 dengan gemilang. Kisah mereka adalah tentang keteguhan, mimpi, dan perubahan.
Bejujung dan Besiar, sahabat sejak kecil, menempuh pendidikan bersama dari SD hingga perguruan tinggi. Keduanya berasal dari Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun. Di tengah keterbatasan, mereka tidak pernah menyerah untuk mengejar impian mereka.
Bejujung meneliti 'Manajemen Produksi Obat Herbal Suku Anak Dalam Kelompok Ubat Pusako Desa Pematang Kabau Kecamatan Air Hitam'. Penelitian ini bukan hanya akademik, tetapi juga cerminan akar budaya dan pengetahuan tradisional SAD.
“Senang sekali akhirnya bisa dinyatakan lulus dan menyandang gelar, itu suatu kebanggaan bagi saya dan tentunya Suku Anak Dalam sendiri. Dulu orang tua melarang sekolah, tetapi berjalannya waktu sekarang orang tua sudah mulai mendukung anaknya sekolah,” ungkap Bejujung dengan penuh haru.
Bejujung menegaskan bahwa ia tidak mengalami kendala selama berkuliah di UNJA, berkat dukungan dosen pembimbing akademik. Ia bertekad memotivasi adik-adiknya di dalam rimba untuk mengejar pendidikan tinggi.
Besiar, di sisi lain, fokus pada 'Manajemen Pemasaran Obat Herbal oleh Kelompok Ubat Pusako Desa Pematang Kabau Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun'. Penelitiannya bertujuan membuka akses pasar lebih luas bagi produk obat herbal tradisional.
“Untuk perasaan tentu saja senang sudah bisa lulus, kalau masalah keluarga tentu senang, tapi saya belum pulang untuk bertemu mereka. Mungkin saya bisa menjadi contoh untuk adik-adik yang belum mengenal dunia luar,” ujar Besiar.
Pendidikan mereka dimulai di SDN 191 Pematang Kabau, berlanjut ke SMP Satu Atap 01 Sarolangun. Tantangan besar datang pada jenjang SMA. Biaya pendidikan yang tinggi memaksa mereka berpindah sekolah hingga tiga kali. Namun, pada kelas 3 SMA, bantuan dari PT. Sari Aditya Loka 1 (PT. SAL 1) datang sebagai penyelamat. Setiap bulan, perusahaan kelapa sawit tersebut memberikan bantuan biaya pendidikan yang menutupi kebutuhan di luar biaya kuliah.
Kini, orang tua Bejujung dan Besiar tidak lagi tinggal di dalam rimba. Mereka telah memiliki rumah di perbatasan antara rimba dan pemukiman warga, berkat bantuan dari Kementerian Sosial. Rumah tersebut menjadi simbol perubahan dan harapan bagi masa depan yang lebih baik.
Bejujung dan Besiar tidak hanya membawa gelar akademik, tetapi juga harapan bagi komunitas SAD. Mereka adalah bukti bahwa dengan tekad dan dukungan yang tepat, mimpi bisa menjadi kenyataan. Mereka berdua kini menjadi inspirasi bagi banyak anak di komunitas SAD, bahwa pendidikan bisa mengubah hidup dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
“Alhamdulillah tidak ada kendala apa pun karena dosen pembimbing akademik sangat mendukung kami kuliah dan akhirnya sampai selesai. Saya terus berikan motivasi kepada adik-adik kami khususnya di dalam rimba terus mendukung dalam hal pendidikan,” tutup Bejujung.
Di hari yang sama, Besiar menyatakan, “Mungkin saya bisa menjadi contoh untuk adik-adik yang belum mengenal dunia luar.”
Kisah Bejujung dan Besiar adalah cermin dari semangat juang yang tidak pernah padam, memberikan harapan baru bagi generasi muda SAD untuk terus mengejar mimpi mereka, sejauh dan setinggi apapun itu.(*)
Add new comment