Di tengah pesatnya pertumbuhan digital, Kota Jambi kini menghadapi permasalahan yang tak terelakkan. Perusahaan-perusahaan provider internet, baik lokal maupun nasional, terus tumbuh dan bersaing ketat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak bisa lepas dari koneksi internet. Namun, di balik keuntungan tersebut, hadir masalah baru yang menyelimuti wajah kota ini.
Berjalan di sepanjang jalan-jalan Kota Jambi, pemandangan kabel-kabel yang berseliweran di atas kepala seolah menjadi pemandangan sehari-hari. Tiang-tiang provider berdiri tegak, tak hanya di pusat kota, tetapi juga hingga pelosok perkampungan dan perumahan. Banyaknya tiang ini, sayangnya, tak berbanding lurus dengan penataan yang baik.
Berdasarkan pantauan di beberapa perumahan yang ada di Kecamatan Kota Baru, satu titik lokasi bisa terdapat tiga hingga lima tiang provider. Hal yang sama juga ditemukan di kawasan Alam Barajo. Tiang-tiang ini berdiri tanpa adanya koordinasi yang baik, sering kali menimbulkan keributan di masyarakat.
Bakri, seorang warga Alam Barajo, menceritakan bahwa beberapa tahun yang lalu pekerja yang memasang tiang provider pernah didatangi warga dan hampir terjadi keributan. "Beberapa tahun yang lalu pekerja yang memasang tiang provider pernah didatangi warga dan hampir terjadi keributan," ujarnya, Jumat (5/7/2024). Meski kini tiang-tiang tersebut masih terpasang, banyak yang tidak dilengkapi dengan kabel, meninggalkan kesan tak terurus.
Bagi Bakri, keberadaan kabel yang melintang di sekitar rumahnya menimbulkan ketidaknyamanan. "Kabelnya itu loh, yang membuat tidak enak dipandang," katanya. Ia juga menuturkan bahwa banyak provider yang tidak merapikan kabel mereka, bahkan jika ada yang tidak lagi berlangganan, kabel internet hanya dibiarkan saja setelah dipotong. "Jadi banyak sekali, perusahaan provider itu biarkan potongan kabelnya terjuntai, itu bahaya sekali," pungkasnya.
Tidak hanya di Alam Barajo, kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Kota Baru. Mama Nando, warga setempat, merasa dirugikan dengan pemasangan tiang provider yang sembarangan. "Mereka masang di tanah timbunan, kalau rubuh gimana, mereka juga tidak izin," ungkapnya. Ia menceritakan bahwa petugas mengaku telah berkoordinasi dengan ketua RT dan ketua lingkungan, namun tidak ada komunikasi dengan warga.
Masalah ini tidak hanya estetika semata. Bagi Mama Nando, banyaknya kabel yang semrawut menjadi ancaman bagi anak-anak yang bermain di sekitar rumah. "Saya khawatir anak-anak kalau main, apalagi main layang-layang," ujarnya. Kondisi ini membuat area bermain anak menjadi terbatas dan berbahaya.
Permasalahan ini mencerminkan kurangnya koordinasi dan tanggung jawab dari pihak provider internet. Penataan tiang dan kabel yang semrawut tidak hanya merusak pemandangan kota, tetapi juga menimbulkan risiko keselamatan bagi masyarakat. Diperlukan langkah konkret dari pemerintah dan pihak provider untuk mengatasi masalah ini.
Warga Kota Jambi berharap agar pemerintah kota dan perusahaan provider dapat bekerja sama untuk menata kembali tiang dan kabel yang ada. Langkah-langkah seperti pengaturan izin pemasangan, koordinasi dengan warga setempat, serta perawatan rutin terhadap kabel yang sudah tidak terpakai, menjadi sangat penting untuk mengembalikan keindahan dan keamanan kota.
Dalam era digital yang terus berkembang, kebutuhan akan internet memang tak terelakkan. Namun, hal ini harus diimbangi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kota Jambi, dengan segala potensinya, tidak seharusnya terjebak dalam kekacauan yang disebabkan oleh tiang dan kabel provider yang tidak tertata. Semoga dengan kerjasama semua pihak, wajah kota ini dapat kembali tertata rapi, aman, dan nyaman bagi seluruh warganya.(*)
Add new comment