Jambi – Harapan masyarakat Jambi untuk segera menikmati jalan tol pertama di provinsi mereka harus tertunda. Proyek pembangunan Jalan Tol Bayung Lencir-Tempino (Baleno) yang semula dijadwalkan selesai pada Juli 2024 dipastikan molor. Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Jambi mengumumkan bahwa penyelesaian jalan tol sepanjang 34 kilometer ini baru akan rampung pada Agustus 2024.
Kepala BPJN Jambi, Ibnu Kurniawan, mengungkapkan bahwa proyek jalan tol Bayung Lencir-Tempino Jambi telah mencapai 86 persen. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di lapangan, termasuk rigid beton, pile slab, dan bongkar muat preloading.
"BPJN Jambi menargetkan jalan tol pertama di Jambi ini akan selesai pada Agustus 2024," ujar Ibnu, dilansir dari lihatjambi.com.
Salah satu kendala utama yang menyebabkan molornya target penyelesaian adalah masalah pembebasan lahan. Dari 10 bidang lahan yang perlu dibebaskan di Simpang Sebidang, hanya 4 yang sudah selesai, sementara 6 bidang lainnya masih dalam proses penyelesaian.
"Kendala kita di pembebasan lahan ada 10 bidang. 4 sudah selesai, 6 masih dalam proses penyelesaian," jelas Ibnu.
Ibnu menegaskan bahwa jika pembebasan lahan bisa selesai pada bulan Juli, maka jalan tol Baleno dapat ditargetkan selesai pada Agustus. Jalan Tol Bayung Lencir-Tempino merupakan bagian dari rangkaian Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Betung-Jambi, yang menghubungkan tiga provinsi: Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Sebelumnya, jalan tol pertama di Jambi ini ditargetkan selesai pada Juli 2024. Artinya, hanya tinggal hitungan hari sebelum jalan tol tersebut seharusnya rampung. Namun, kenyataannya, masyarakat Jambi harus bersabar sedikit lebih lama.
Pertanda Kinerja Buruk Pengelola Proyek
Penundaan ini menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat dan menjadi pertanda buruknya kinerja pengelola proyek tol. Pengerjaan yang semula diharapkan dapat memberikan solusi atas masalah konektivitas di Jambi kini harus tertunda karena berbagai kendala teknis dan administratif.
“Keterlambatan ini tentu saja mengecewakan. Kita sudah menunggu lama dan berharap bisa segera menikmati jalan tol ini,” ujar salah satu warga Jambi.
Proyek jalan tol ini seharusnya menjadi kebanggaan dan jawaban atas kebutuhan infrastruktur yang memadai di Jambi. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengelola proyek masih harus berbenah dalam hal perencanaan dan eksekusi.
Dampak Pembebasan Lahan yang Lambat
Masalah utama yang menghambat proyek ini adalah pembebasan lahan. Proses yang lambat dan berlarut-larut menunjukkan bahwa koordinasi antara pemerintah dan pihak terkait masih perlu ditingkatkan. Pembebasan lahan yang tertunda tidak hanya menunda proyek, tetapi juga berpotensi menambah biaya dan mengganggu rencana pembangunan jangka panjang.
“Jika pembebasan lahan ini bisa selesai bulan Juli, maka bulan Agustus jalan tol Baleno ditargetkan sudah selesai,” ungkap Ibnu.
Namun, janji tersebut masih harus dibuktikan dengan tindakan nyata di lapangan.
Dengan berbagai tantangan yang ada, diharapkan pihak BPJN Jambi dan semua pihak terkait dapat bekerja lebih keras dan lebih cepat untuk menyelesaikan proyek ini tepat waktu. Keterlambatan ini menjadi pelajaran berharga bahwa perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat sangat penting dalam proyek infrastruktur sebesar ini.
Masyarakat Jambi tetap berharap bahwa proyek ini bisa segera selesai dan memberikan manfaat nyata bagi mereka.
“Kita butuh infrastruktur yang baik untuk mendukung mobilitas dan pertumbuhan ekonomi daerah,” kata seorang warga.
Keterlambatan penyelesaian jalan tol Baleno ini memang menjadi ujian tersendiri bagi pemerintah dan pengelola proyek. Namun, dengan kerja keras dan koordinasi yang lebih baik, harapan masyarakat Jambi untuk menikmati jalan tol pertama di provinsi mereka dapat segera terwujud.(*)
Add new comment