Kebakaran Ribuan Ton Tumpukan Batubara di Muaro Jambi, Ancaman Asap dan Gangguan Pernapasan Mengintai Warga

Oleh: jambi1
Pada : WIB
Rubrik
Daerah
Ilustrasi Jambi Satu

Kebakaran tumpukan batubara di Desa Persiapan Air Merah, Muaro Jambi, terus membara, mengancam kesehatan warga sekitar. BPBD dan pihak terkait berjibaku memadamkan api di lokasi tambang PT. Bumi Borneo Inti yang terbengkalai.

***

Di bawah langit Muaro Jambi yang terik, asap tebal mengepul dari tumpukan batubara di Desa Persiapan Air Merah, Kecamatan Sungai Gelam. Ribuan ton batubara milik PT. Bumi Borneo Inti (BBI) ini masih membara, seolah menjadi gunung api kecil yang tak kunjung padam. Sudah sebulan lamanya asap mengepul, dan kini api mulai menjalar, menimbulkan kecemasan bagi warga sekitar.

Di lapangan, tim dari BPBD Kabupaten Muaro Jambi terus berjibaku melawan amukan api. Dengan peralatan yang seadanya, mereka berusaha mengendalikan situasi yang semakin memburuk. "Masih, tim masih di sana melakukan pemadaman," ujar Dodi Dorista, Sekretaris BPBD Muaro Jambi, dengan nada suara yang menggambarkan kelelahan namun tetap penuh tekad.

Menurut informasi yang diterima BPBD, kebakaran ini sebenarnya sudah berlangsung sejak sebulan lalu. Namun, baru dalam seminggu terakhir, api benar-benar terlihat membara di antara tumpukan batubara yang menghitam. "Tim TRC sudah satu minggu lebih madamkan itu. Infonyo sudah lama sebulan lebih cuma asap saja, satu mingguan inilah baru ada api," jelas Dodi.

Kebakaran ini diduga disebabkan oleh kondisi cuaca yang sangat panas akibat musim kemarau. IPTU Usaha Sitepu, Kapolsek Sungai Gelam, menyatakan bahwa faktor alam bisa menjadi pemicu utama kebakaran tersebut. Namun, dampak dari kebakaran ini sudah mulai dirasakan oleh warga sekitar. "Selain mencemari udara, kondisi asap batubara juga menyebabkan warga terserang gangguan pernapasan, mengingat lokasinya berdekatan dengan permukiman penduduk," ungkapnya dengan kekhawatiran.

Kondisi ini memaksa Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi untuk segera bertindak. Kepala Dinas, Evi Syahrul, menyatakan akan menyurati Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait tambang yang terbengkalai tersebut. Surat tersebut akan berisi permintaan tindakan cepat untuk mengatasi situasi ini dan mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat. "Kita surati Dinas LH Provinsi Jambi, tembusan kementerian ESDM dan kehutanan agar melakukan tindakan-tindakan terkait aktivitas yang meresahkan masyarakat," kata Evi tegas.

Tambang ini sendiri sebenarnya sudah mendapatkan rekomendasi pengolahan sejak tahun 2011. Namun, baru mulai digarap pada 2022 dan kembali vakum di tahun 2023. Kondisi tambang yang terbengkalai ini menimbulkan pertanyaan besar, terutama tentang tanggung jawab PT. BBI sebagai pemegang saham. "Makanya kita bersurat kepada Dinas LH provinsi dan kementerian. Bagaimana langkahnya agar tidak meresahkan masyarakat," tandas Evi.

Di tengah situasi yang semakin genting, harapan masyarakat Muaro Jambi terletak pada kesigapan pemerintah dan pihak terkait untuk menanggulangi bencana ini. Sementara itu, warga hanya bisa berharap agar asap yang mengancam kesehatan mereka segera hilang, membawa kembali langit biru yang telah lama tertutup kabut asap. Seperti pepatah mengatakan, "Setelah hujan pasti ada pelangi," warga Muaro Jambi berharap badai ini segera berlalu, menyisakan ketenangan yang kembali menyelimuti desa mereka.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network