Debat kedua Pilkada Tanjung Jabung Timur yang digelar oleh KPUD pada 15 November 2024 di Gedung DPRD Tanjung Jabung Timur menjadi ajang pembuktian bagi para pasangan calon. Namun, perhatian publik justru terfokus pada kontroversi yang melibatkan pasangan Dilla-Muslimin Tanja (Diminta). Viral di media sosial, Dilla diduga membawa telepon genggam ke panggung debat — sebuah pelanggaran aturan yang mencoreng kredibilitasnya.
Sebelum debat dimulai, narator dengan tegas membacakan aturan debat: “Calon Bupati dan calon Wakil Bupati hanya diperkenankan membawa alat tulis dan atau data yang diperlukan dalam debat, dilarang membawa handphone dan alat komunikasi lainnya di panggung debat.” Namun, foto dan video yang beredar menunjukkan Dilla tampak menyerahkan sebuah telepon genggam kepada LO pasangan Diminta di tengah berlangsungnya debat.
Insiden ini langsung memicu kritik tajam dari berbagai pihak. Banyak yang menilai tindakan tersebut sebagai bukti ketidakmampuan dan ketidaksiapan Dilla dalam menghadapi debat. “Jika seorang calon pemimpin tidak bisa mematuhi aturan sederhana seperti ini, bagaimana bisa diharapkan untuk memimpin daerah dengan baik?” ujar salah satu pengamat politik Dr Dedek Kusnadi.
Di sisi lain, pasangan Laza dan Aris (Laris) justru tampil memukau. Meski awalnya tidak diunggulkan, Laza menunjukkan retorika tajam yang penuh keyakinan, sementara Aris tampil energik dalam menjawab dan mematahkan argumen dari pasangan Diminta. Penampilan mereka membuktikan bahwa pasangan Laris memiliki kapasitas dan kesiapan untuk memimpin Tanjung Jabung Timur.
Dalam tema debat Sinergitas Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Berkelanjutan, Laza tampil tenang namun tegas. Ia memaparkan strategi yang jelas untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. “Kami ingin membangun Tanjung Jabung Timur yang tidak hanya maju secara infrastruktur, tetapi juga kuat dalam tata kelola pemerintahan yang bersih dan melayani rakyat,” tegas Laza.
Sementara itu, fokus pasangan Diminta teralihkan oleh skandal telepon genggam tersebut. Dilla terlihat tidak mampu menjawab tekanan dan argumen yang dilontarkan pasangan Laris. Publik yang sebelumnya memberi perhatian pada program unggulan Diminta, kini mempertanyakan integritas dan komitmen mereka.
Hingga saat ini, pihak KPUD belum memberikan pernyataan resmi terkait pelanggaran tersebut. Namun, skandal ini telah memicu spekulasi luas tentang bagaimana telepon genggam bisa lolos dari pengawasan dan apa motivasi di balik tindakan Dilla. Pendukung pasangan Laris pun tidak melewatkan kesempatan untuk menyoroti kejadian ini sebagai bukti lemahnya persiapan pasangan Diminta.
Debat kedua ini menjadi momen penentu bagi publik untuk menilai kompetensi calon pemimpin mereka. Pasangan Laris berhasil memanfaatkan momentum ini untuk mengukuhkan citra mereka sebagai pemimpin yang siap membawa perubahan positif. Sebaliknya, pasangan Diminta harus menghadapi tantangan besar untuk memulihkan kepercayaan publik yang tergerus oleh insiden memalukan ini.(*)
Add new comment